ENVIRONMENTALISM
Lingkungan menjadi sesuatu yang
berharga dalam kehidupan di dunia. Lingkungan menjadi salah satu faktor
keberlanjutan kehidupan manusia di bumi. Demi menjaga dan melestarikan
lingkungan, muncul gerakan-gerakan yang dapat disebut environmentalism.
Environmentalism adalah gerakan sosial ataupun ideologi yang luas yang
mendasarkan dirinya pada permasalahan mengenai lingkungan hidup dan peningkatan
kesehatan lingkungan. Sebuah gerakan yang pengendalian lingkungan dari
pencemaran dan juga demi pelestarian dan pelindungan keanekaragaman tumbuhan
serta satwa melalui restorasi ataupun perbaikan lingkungan alam. Pada intinya,
environmentalisme adalah upaya yang dilakukan untuk menyeimbangkan kehidupan
antara lingkungan manusia dan makhluk hidup lainnya. Keseimbangan sangat
diperlukan karena manusia sendiri sangat bergantung sekali dengan
lingkungannya. Untuk itu, perlu pelestarian yang mendalam sehingga kehidupan
antar makhluk hidup dapat dipertahankan.
Gerakan environmentalisme ini
dimotori oleh orang-orang yang memang mengabdikan diri mereka demi pembenahan
lingkungan global. Kaum penyelamat lingkungan hidup yang menyebutnya
enviromentalis. Para penganut environmentalism ini menolak perspektif
antropocentrism yang telah mangakar di dalam masyarakat. Antropocentrism
merupakan pemikiran pemikiran manusia yang terpusat pada manusia saja tanpa
memikirkan unsur lain. Mereka berusaha mengubah pandangan yang antropocentrism
menuju pandangan yang ecocentrism dimana pemikiran tersebut menempatkan unsur
lingkungan sebagai nilai yang independen atas ekosistem dan semua makhluk
hidup. Mereka melakukan berbagai kegiatan seperti aksi-aksi di jalan, lobi
politik, pendidikan lingkungan yang tentunya untuk mengingatkan orang-orang
akan dampak dan akibat dari pemanasan global serta ekspolitasi alam. Mereka
peduli pada isu-isu mengenai pencemaran air dan udara, kepunahan spesies, gaya
hidup rakus energi, ancaman perubahan iklim dna rekayasa genetika dalam
produk-produk makanan.
Tempat-tempat perjuangan para
environmentalis seperti melawan pembuangan limbah pabrik, melawan pembangunan
pabrik di lingkungan yang tidak cocok sehingga dapat berpengaruh dan merusak
lingkungan. Kemudian mereka juga melawan segala bentuk pencemaran yang terjadi
di laut dan udara seperti melawan pembuangan sampah pabrik, bekas bahan energi
nuklir, serta melawan polsi-polusi udara yang keluar dari cerobong-cerobong
atas pabrik. Kepedulian mereka terlihat sebagai bentuk kekhawatiran atas apa
yang terjadi sekarang dan berusaha menguranginya demi kehidupan di masa depan.
Mereka menyakini akan adanya kesinambungan antara lingkungan dan manusia bahwa
lingkungan amat mempengaruhi mutu hidup manusia baik secara positif maupun
secara negatif dan kelestariannya juga diperlukan untuk kelestarian hidup
manusia.
Environmentalisme muncul setelah
terjadinya revolusi industri di Perancis. Muncul setelah semakin banyaknya
pabrik dan industri yang berkembang, pabrik dan indsutri ini menimbulkan
pencemaran lingkungan seperti sekarang. Munculnya pabrik-pabrik besar kemudian
pengeksploitasian dalam jumlah besar dari batu bara karena waktu itu baru saja
ditemukan mesin uap. Kemudian ekspolitasi terhadap bahan bakar fosil yang
kemudian dilanjutkan dengan pembuangan limbah kimia secara besar-besaran.
Selain itu, usaha-usaha peningkatan ekonomi dibarengi dengan meningkatnya
urbanisasi ke kota-kota besar sehingga menyebabkan kepadatan dan penduduk yang
terkonsentrasi.
Pembentukan British Alkali Acts pada
tahun 1863 menjadi langkah pertama dalam meminimalisir dan membatasi
dampak-dampak yang menimbulkan kerusakan lingkungan. British Alkali Acts ini
berusaha mengatur polusi udara yang merugikan ( gas asam klorida ) yang
merupakan hasil proses leblanc yang digunakan untuk menghasilkan abu soda. Environmentalisme
saat itu tumbuh dengan pesat sebagai reaksi terhadap industrialisasi,
pertumbuhan kota sehingga pencemaran air dan udara memburuk. Tingginya
aktivitas kapitalisme pada saat itulah yang kemudian mempengaruhi munculnya
gerakan ini. Dari tahun 1850 sampai 1950, sebagian besar penyebab kerusakan
lingkungan adalah polusi udara. The Coal Smoke Abatement Agency dibentuk pada
tahun 1898. “Smoke Control Areas” kemudian diterapkan di beberapa kota di dunia
dimana hanya ada bahan bakar tanpa asap ataupun sudah ada penyaringan terhadap
asap pabrik. Selain itu kemudian diterapkan pembangkit listrik yang dipindahkan
jauh dari kota. Tindakan ini membentuk dorongan yang penting untuk gerakan
lingkungan modern yang dapat berpengaruh pada pemikiran ulang atau ide baru
mengenai bahaya kerusakan lingkungan terhadap hidup masyarakat.
Jauh sebelum mulai terbentuknya
kesadaran ataupun gerakan sebagai usaha untuk meminimalisir dampak perkembangan
peradaban terhadap lingkungan, Raja Edward I dari Inggris melalui proklamasi di
London pada tahun 1272 melarang pembakaran batubara karena menimbulkan asap
yang kemudian menjadi masalah udara waktu itu. Jika dilihat, sejak abad
pertengahan dimana gereja masih berkuasa waktu itu, usaha-usaha mengenai
lingkungan sudah dilakukan meskipun tidak dalam lingkup yang lebih luas.
Isu-isu mengenai lingkungan sendiri,
telah mendapat sorotan di masyarakat dunia sekitar tahun 1970-an, namun aspek
lingkungan baru muncul pada studi Hubungan Internasional yang ditandai dengan
diselenggarakannya konferensi PBB di Rio De Jeneiro pada tahun 1992 dengan tema
Global Warming. Kesadaran secara langsung tentang krisis alam itu sendiri mulai
timbul setelah terbitnya buku yang berjudul “Silent Spring” pada tahun 1962.
Buku ini adalah hasil kajian dari seorang saintis wanita bernama Rachel Carson.
Meskipun buku ini hanya menampilkan dampak-dampak pencemaran akibat industri
kimia terhadap alam sekitar dan menampikan penjelasan-penjelasan terkait
masalah itu, ia berhasil membuat masyarakat sadar akan pentingnya menjaga dunia
agar terhindar dari krisis alam yang semakin meluas akibat perkembangan sains
dna teknologi di zaman modern.
Penjelasan-penjelasan mengenai
keadaan dan dampak dari krisis alam sekitar yang dicetuskan oleh Rachel Carson
ini kemudian mempengaurhi bidang-bidang lain selain saintis untuk mulai
memperhatikan permasalahan ini. Pada tahun 1967 seorang ahli sejarah, Lynn
White Jr., menulis sebuah artikel yang berjudul “The Historical Roots of Our
Ecological Crisis”. Artikel ini memuat pandangannya mengenai faktor utama yang
menyebabkan krisis alam sekitar. Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan
krisis alam dan lingkungan adalah faktor ideologi orang-orang Yahudi-Kristian.
Ideologi atau doktrin itu melahirkan suatu pandangan umum atau worldview dalam
kehidupan manusia yaitu mereka diizinkan oleh Tuhan untuk mengksploitasi alam
sekitar demi kelangsungan hidup mereka. Mereka telah dititipkan oleh Tuhan,
jadi tidak ada yang bisa membatasi mereka dalam melakukan eksploitasi. Lynn
White Jr. menjelaskan dengan berpegangan pada pandangan umumu tersebut dalam
kehidupan masyarakat barat yang secara dinamik dan terstruktur dengan
menggunakan sains dan teknologinya untuk mengeksploitasi alam sekitar tanpa batasan. Fenomena inilah
yang menyebabkan pengikisan dan kemerosotan kualitas alam sekitar secara lokal
maupun global.
Kesadaran akan pentingnya
pemeliharaan alam sekitar mulai bangkit di dunia barat merupakan dampak dan
krisis alam sekitar yang melanda mereka. Kesadaran itu kemudian berkembang ke
seluruh pelosok dunia sehingga menyamakan pemikiran masyarakat masyarkat dunia.
Kesadaran itu juga didukung oleh perspektif environmentalis itu sendiri yang
berusaha tidak memisahkan antara manusia dan lingkungan yang didorong oleh
perkembangan masyarakat dimana sistem ekonomi hanya berfikir untuk menerima
keuntungan saja dan mengabaikan faktor lingkungan. Kesadaran itu begitu meluas
sepanjang abad 20 sehingga mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, malah
kemunculannya menjadi alternatif kepada pembentukan tata baru dunia new world
order.
Pada dekade akhir abad ke-20,
gerakan-gerakan Environmentalism menjadi sebuah gerakan yang berkembang dengan
cepat, perangkat transnasional yang paling efektif merubah pandangan dan
peraturan lingkungan hidup di lingkup global. Untuk itu, gerakan
environmentalism yang bersifat global dapat dimasukkan dalam salah satu counter
hegemonic globalisasi. Batasan-batasan itu dapat dilihat dari keterlibatan
gerakan ini dalam arena politik lingkungan. Gerakan-gerakan seperti ini
memiliki akar sosial yang bersifat lokal. Gerakan transnasional tidak akan
memiliki basis dan kekuatan yang sudah mapan. Karena itu, orang-orang yang
terlibat dalam kampanye transnasional adalah mereka yang terlibat dalam ikatan
dan komunitas lokal dan didorong oleh keinginan untuk memajukan anggota
tersebut.
Di
Indonesia, isu-isu mengenai lingkungan sudah mulai diperbicangkan pada
pemerintahan Orde Baru. Dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional di Universitas Pajajaran Bandung pada
tanggal 15 sampai 18 mei 1972. Pada masa pemerintahan Orde Baru, isu-isu
lingkungan memang sedang digalakkan. Faktor terpenting dalam permasalahan
lingkungan salah satunya adalah pertumbuhan penduduk dimana saat itu Indonesia
memang menjadi negara paling padat di dunia. Pertumbuhan penduduk dan juga
banyaknya eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran yang membuat
gerakan lingkungan dimulai di Indonesia yang kemudian didukung oleh pemerintah
pada saat itu. Selain pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan juga
industrialisasi karena masuknya modal-modal asing, Indonesia juga saat itu
mengalami beberapa kebakaran hutan yang kemudian menimbulkan permasalahan asap
di Indonesia. Kebakaran hutan menyebabkan banyaknya CO2 di udara yang dapat
mengganggu kesehatan. Selain itu, dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman
hayati. Isu-isu ini menjadi dasar munculnya gerakan-gerakan pemerhati
lingkungan di Indonesia.
Lingkungan dapat dijadikan isu
kolektif yang dapat dijadikan mobilitas kolektif. Gerakan lingkungan dapat
berpengaruh pada teori ekonomi neo-klasik. Penggunaan isu-isu buruh sebagai
basis untuk memobilisasi dimana ideologi non-liberal mengklaim bahwa isu
tersebut harus melalui logika pasar jika ingin memaksimalkan kesejahteraan.
Counter hegemonic global dapat membangun sebuah ekonomi politik global yang
menggunakan penyusutan ruang dan fasilitas komunikasi lintas perbatasan untuk
meningkatkan persamaan, keadilan dan sustainability daripada
mengidentifikasikan bentuk dominasi yang ada.
Isu-isu global mengenai global
warming dan lapisan ozon sepertinya pada hakekatnya global, sementara politik
banyak orang, seperti konsekuensi kesehatan dari sampah racun dan dibuat lokal.
Tantangan membangun sebuah organisasi global yang terintegrasi efektif pada
aktivitas lokal dengan kempanye global nampaknya tantangan khusus pada kasus
gerakan environmental. oleh karena itu, gerakan environmental global selalu
dianggap organisasi transnasional yang paling berhasil.
Environmentalisme dapat menggunakan
isu-isu dan agenda universal untuk menyelematkan dunia yang tentunya sangat
berpengaruh. Adanya isu dan agenda universal itu dapat membantu para
environmentalis dalam mengkampanyekan masalah-masalah mengenai krisis-krisis
alam sekitar. Sebagai contoh, mengenai perubahan iklim yang merupakan isu
lingkungan paling berpengaruh pada saat ini. Isu mengenai perubahan iklim ini
bersifat global namun memang berawal dari fondasi lokal yang kuat.
Konsep
environmentalisme berkaitan erat dengan proses pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan dilakukan demi tujuan bersama dalam rangka modernitas
dan globalisasi. Ketika modernitas dna globalisasi kemudian memberikan pengaruh
pada perluasan ekonomi dimana teknologi juga berperan secara langsung. Sehingga
melalui industrialisasi yang berkembang semakin mendekati dari tujuan
modernitas itu sendiri yang selanjutnya memberikan dampak secara langsung pada
permasalahan lingkungan.
Persoalan ekologi hingga saat ini
memang berkaitan langsung dengan sistem kapitalisme. Lingkungan sebagai dasar
dari terbentuknya proses industri dimana lingkungan merupakan daerah asal,
tempat, pemberi dan sumber daya yang kemudian dioptimalisasikan oleh sebuah
industri. Oleh karena itu, pembahasan mengenai lingkungan dan pembangunan tidak
dapat dipisahkan yang memang kedua-duanya mempunyai pengaruh dan dampak
masing-masing.
Jika dilihat, konsep
environmentalisme juga berhubungan dengan pemikiran Marx. Marx mendefinisikan
pemikirannya pada permasalahan sosial dimana ada perjuangan antar kelas.
Kaitannya dengan lingkungan adalah perlawanan Marx terhadap kaum borjuis dimana
kaum ini merupakan kaum yang sangat dekat dengan sistem kapitalisme.
Pengeksploitasian yang dilakukan oleh kaum borjouis tentunya berdampak pada
lingkungan. Industrialisasi menjadi bentuk kepentingan kaum borjuis terhadap
marginalisasi kaum proletar beserta eksploitasi lingkungan. Kapitalisme menjadi
sebuah paradoks kemajuan dimana sebagai pengaruh dari globalisasi itu sendiri sehingga
memperlihatkan sisi lain dari dampak kapitalisme.
Environmentalisme
telihat seperti feminisme yang berusaha memisahkan ikatan yang mengekang
diantara perempuan yang selama ini dikuasai oleh laki-laki. Environmentalisme
juga terlihat sebagai bentuk kritisisasi atas pemisahan antara manusia dan lingkungan.
Jika dibandingkan, perempuan dalam perspeftif feminisme hampir serupa dengan
faktor ekologis dalam pemikiran Marx. Perempuan dan Proletar dianalogikan
sebagai kaum yang tertindas yang berujung pada usaha-usaha kesetaraan kelas.
Pengistilahan ini berkaitan dengan faktor ketimpangan sosial yang kuat dalam masyarakat.
Environmentalisme
merupakan bentuk baru dari pemikiran Marxisme. Ilmu-ilmu sosial pada zaman
sekarang sudah mencair menjadi lebih luas yang kemudian secara langsung
berhubungan dengan ilmu-ilmu alam. Jarak yang memisahkan antara ilmu sosial dan
ilmu alam secara perlahan akan memudar. Sebagai bukti, teori-teori pemikiran
sosial Marx kemudian digunakan dalam bentuk baru dimana environmentalisme
muncul. Environmentalisme merupakan sebuah reaksi terhadap semakin menipisnya
pandangan mengenai Marxisme. Sebagai bentuk baru ini, environmentalisme lebih
diterima di dalam struktur masyarakat barat yang cenderung menolak konsep
ideologi marxisme yang mengarah pada ideologi komunis.
Kerusakan
lingkungan berjalan seiring dengan perkembangan industrialisasi. Usaha-usaha
melalui gerakan-gerakan environmentalisme yang sekarang menjadi proses
pembentuk integrasi antara lingkungan, industrialisasi, pembangunan dan
teknologi yang nantinya tergabung dalam suatu jaringan yang saling
menguntungkan satu sama lain. Meskipun pada saat ini, usaha-usaha mengenai pewacanaan,
propoganda dan fokusi pada isu lingkungan masih menguat di negara-negara
berkembang dibandingkan negara-negara maju. Mungkin hal itu disebabkan
penggunaan teknologi yang berlebihan di negara-negara maju sehingga sulit
sekali ataupun belum menemukan teknologi yang cocok dalam meminimalisir
kerusakan lingkungan.
Pada
kesimpulannya konsep-konsep mengenai environmentalism berkaitan erat dengan
sistem kapitalisme barat. Untuk itulah, pandangan ini masih sulit untuk
diimplementasikan pada pemikiran barat. Environmentalisme muncul sebagai
pengaruh atas modernitas dan globalisasi yang berjalan seiring dengan industri
kapitalistik. Dalam lingkup global, secara langsung maupun tidak langsung,
semuanya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan secara integral. Karena
globalisasi di satu sisi dengan mekanisme industri maju akan secara perlahan
mengikis ekosistem global. Dengan kata lain, usaha-usaha yang dilakukan oleh
para enviromentalis merupakan bentuk perhatian yang memang bukan sekarang
dirasakannya. Tetapi nanti oleh masyarakat dunia di masa depan. Aspek ekologis
harus selalu disandingkan sebagai determinan dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan. Melalui pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek
ekologis menjadi penyeimbang antara kehidupan manusia dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
-
ahmad-fahri-h-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-78332-GlobalisasiStrategi-Modernitas
dalam Environmentalisme.html
-
sulhamidzic.wordpress.com/2011/05/11/environmentalisme-sebagai-counter-hegemonic-globalisasi/
-
tara-f-d-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48769-Teori
Hubungan Internasional-Green Perspective: Environmentalism & Green
Political Theory.html
0 Komentar