George Wilhelm Friedrich Hegel dan Kaitannya dengan Sejarah Indonesia

“Sejarah adalah perkembangan roh dalam waktu. Alam adalah perkembangan ide dalam ruang. “
Frase di atas merupakan kata-kata Hegel dalam bukunya yaitu Philosophy of History. Menurut Marnie Hughes-Warrington, Hegel mengajarkan sebuah dimensi sejarah kepada filsafat sehingga filsuf bisa menghasilkan kebenaran-kebenaran abadi dari peristiwa-peristiwa sejarah. C.J Friedrich dalam pengantar bukunya juga menuliskan bahwa Hegel sebagai filsuf zaman modern yang telah memberikan perwujudan spritual yang sempurna bagi bangsa dan perannya dalam sejarah dunia.
Hegel memiliki nama lengkap George Wilhelm Friedrich Hegel. Lahir di Stuttgart, Jerman pada tahun 1770. Ia lahir dari keluarga yang cukup mapan. Ayahnya adalah seorang pegawai pemerintahan di Stuttgart. Sejak kecil ia sudah diajarkan dan diberikan materi-materi mengenai sejarah, politik, sosial hingga filsafat. Literatur-literatur dan esai-esai yang dibacanya menjadikan ia memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan teman-teman seusianya. Hegel sebelumnya sudah tertarik dengan pemikiran-pemikiran filsafat Yunani terutamanya Plato dan Aristoteles. Ketertarikannya pada Plato dan Aristoreles membuat ia ingin memasuki bidang teologi. Ia juga berkeinginan menjadi seorang pendeta dan ingin menjadi filsuf Kristen. Memasuki masa mudanya, ia menempuh pendidikan Filsafat dan Teori di Universitas Tubingen dan lulus pada tahun 1791. Tahun 1801, ia mengajar filsafat di Universitas Jena bersama dengan Schelling. Hegel berhasil membuktikan kemampuannya dengan menulis buku “Phenomenology of Spirit” pada tahun 1907 dan berhasil mengkritik Scheling dengan tulisannya. Ia juga diangkat sebagai Guru besar filsafat di Universitas Hiedelberg tahun 1816 dan dua tahun kemudian menjadi Guru Besar di Universitas Berlin.
Hegel menjadi patokan perkembangan pemikiran pada saat itu. Hegel mulai membangun pemikirannya yang berasal dari konsep ruh dan alam. Peristiwa-peristiwa sejarah adalah bagian dari suatu realitas yakni “Pikiran” (“Mind”) dimana ada satu keyakinan dasar mengenai kesatuan (Unity). Rasio dan rasionalitas kemudian berkembang dari setiap pikiran individu. Hegel mengatakan bahwa rasio merupakan “Penguasa Dunia” yang artinya sejarah dunia memberikan proses rasional pada individu. Rasio juga merupakan subtansi alam semesta dan juga ruh yang mencakup alam psikis dan fisik.
Hal yang membedakan ia dengan para filsuf lainnya adalah cara ataupun proses bagi suatu objek serta subjek untuk saling berkembang. Ia menganggap bahwa proses menjadi suatu pengetahuan yang akan selalu berkembang dimana suatu tahap telah tercapai lalu kemudian dinegasikan sehingga memunculkan tahap baru yang nantinya juga akan dinegasikan. Menurut Hegel, hanya dengan negasi kita bisa maju, kita bisa mencapai keutuhan dan kita dapat menemukan diri sendiri. Metode yang hegel gunakan dalam menguraikan filsafatnya adalah dialetik yang memiliki 3 fase yaitu tahap pertama ( tesis ), tahap kedua ( Anti-tesis ) dan tahap ketiga ( Sintesis ). Metode inilah yang digunakan hegel dalam menjelaskan logika-logika absolut. Tahap pertama muncul ketika mulai pengeksplorasian terhadap sebuah ide dan memunculkan pernyataan ( thesis ) yang kemudian melalui proses ditarik sifat kontradiktifnya dan menghasilkan suatu konsep baru dengan sifat yang berlawanan dan kontradiktif ( anti-tesis ). Kemudian perpaduan dan resolusi antara kedua konsep ini sehingga memunculkan konsep baru ( sintesis ).
Dalam perkembangan sejarah Indonesia, konsep pemikiran Hegel terlihat dari konsep pemerintahan Orde baru. Bukti-bukti pemikiran Hegel mengenai dialektika terlihat dalam perkembangan pemerintahan orde baru. Orde baru merupakan suatu terminologi yang mengacu pada pemerintahan Soeharto. Terminologi “Orde Baru” menjadi sebuah ide baru bagi perkembangan sejarah Indonesia. Pemerintahan Orde Baru yang muncul setelah menjatuhkan demokrasi terpimpin dianggap sebagai sebuah anti tesis dalam konsep pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Anti tesis ini kemudian menjadi tesis yang memunculkan ide Orde Baru. Melalui proses, pemerintahan orde baru juga memunculkan anti tesis dan berhasil ditumbangkan. Hal itu memunculkan ide baru yaitu Reformasi yang dianggap sebagai anti tesis dari konsep Orde Baru. Namun, Indonesia saat ini masih belum memunculkan konsep sintesis dimana perpaduan antara dua konsep sebelumnya yang melebur menjadi satu. Indonesia masih awal dari proses Anti tesis sehingga belum bisa dikatakan menuju sintesis. Selain itu, Indonesia juga tidak bisa dikatakan sepenuhnya sesuai dengan pemikiran Hegel. Meskipun sudah dianggap bertesis, Indonesia masih saja melakukan tradisi-tradisi yang digunakan saat pratesis. Sebagai contoh rakyat masih patuh terhadap otoritas-otoritas dan kontrol eksternal. Hal itu tidak sesuai dengan yang dijelaskan oleh Hegel bahwa rasio melepaskan manusia dari kontrol eksternal dan memungkinkan mereka untuk berfikir secara kritis keadaan mereka sendiri.

Dialektika berlangsung dari waktu ke waktu. Setiap langkahnya selalu berkembang dari langkah-langkah sebelumnya. Hegel memandang sejarah umat manusia sebagai sejarah universal yang berjalan sesuai metode dialetiktika yang ia kembangkan. Kontradiksi-kontradiksi yang tercipta merupakan hasil dari konsep-konsep tertentu yang kemudian berubah menjadi hasil yang eksplisit. Dalam dialektika sejarah, tidak ada momen-momen yang hilang. Hanya saja momen-momen itu kemudian membaur tanpa menghilangkan point kuatnya masing-masing dengan sebuah konsep baru yang menjadi sebuah realitas sosial yang lebih lengkap. Setiap generasi yang muncul mampu menjadi pengahancur, pengganti dan penyempurna suatu kebudayaan sebelumnya. 

0 Komentar