DRAMA ‘TETRALOGI BURU
SCENE
I
Lokasi
: Rumah keluarga Mellema
Tokoh
: Robert Mellema, Robert Suurhof, Herman Mellema, Nyai Ontosoroh, Minke,
Annelies, Darsam
(Minke dan Annelies mengobrol dengan Nyai Ontosoroh
di tempat yang agak jauh dari tempat Robert Mellema dan Robert Suurhof
berbincang.Robert Mellema menampakkan wajah tidak suka dengan kedatangan Minke
yang seorang pribumi dan begitu dekat dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh.)
Robert : (Melihat kearah Minke, menyeringai lalu menoleh ke Suurhof) Temanmu
itu seorang Pribumi, ya?
Suurhof : Iya.(pura-pura membaca majalah yang dipinjamkan oleh Mellema)
Robert :
Kenapa kauajak dia kemari? Bukankah kautahu aku tidak suka orang Pribumi.
Suurhof : (Masih
membolak-balik lembaran majalah) Maafkan aku, kurasa dia menyukai adikmu
yang cantik itu.
Robert :
Kukira kau yang ingin mendekati Annelies?
Suurhof : (Mendengus,
matanya tidak berkedip menatap tulisan-tulisan di majalah)
Robert :
Jadi benar, kaulah sebenarnya yang ingin mendekati Annelies?
Suurhof : Bukan, bukan aku. Minke yang ingin
mendekati Annelies.
Robert :
(Menghembuskan nafas pelan)
(Terdengar suara pintu terdobrak kasar.Muncul
seorang laki-laki dengan badan yang tidak teralu tinggi dan gemuk. Semua orang
di ruangan itu menoleh ke arahnya)
Suurhof : Siapa itu?
Robert :
(Menghembuskan nafas berat) Papaku.
Suurhof : Oh, aku belum pernah lihat
sebelumnya. Sangat mirip denganmu.
Robert :
Mirip denganku? (Memeriksa diri mencari
‘kemiripan’ yang dimaksud Suurhof)Kurasa lebih tampan aku.
Suurhof : (Tidak
mempedulikan)
(Herman Mellema berjalan dengan sepatu yang
diseret menuju ruangan lain melewati tempat dimana Annelies, Minke dan Nyai Ontosoroh
berada. Menatap Minke, lalu wajahnya berubah menunjukkan kemarahan.)
Minke : Selamat Petang, Tuang
Mellema.
Herman : kowè bocah pribumi kenapa kowè ada
disini? Monyet! Sopo suruh kowè masuk rumahku? Minggat kowè, Monyet! (Menuding ke arah Minke)
Minke : (Bergidik ketakutan)
Herman : kowè kira, kalo sudah pake pakean
Eropa, bersama orang Eropa, bisa sedikit bicara Belanda lantas jadi Eropa?
Tetap Monyet! Monyet pribumi pergi kowè!!
Ontosoroh : (Berdiri
dan berjalan mendekati Herman) Tutup mulut! Kau yang seharusnya pergi,
Herman. Dia tamuku, kau tidak ada urusan dengannya!
Herman : Dia Pribumi harus enyah dari
rumahku!
Ontosoroh : Kau yang seharusnya pergi. Ini bukan
rumahmu lagi, semua yang mengurus dan mengelola rumah serta perusahaan adalah
aku, bukan kau.Aku pribumi, jadi pribumi ini adalah tamuku.
Herman : (Terkejut,
diam seketika dan berjalan mundur dengan pelan)
Ontosoroh : Pergilah kau ketempat singgahmu. Jangan
perlihatkan wajah seperti ini lagi di depan anak-anakku.
Annelies : (Meringkik
ketakutan dan hampir menangis) Mama..
Ontosoroh : Pergi atau kupanggilkan Darsam untuk
mengusirmu?
(Herman
Mellema pergi diiringi tatapan lima pasang mata yang menatapnya)
Minke : Mama, maaf aku…
Ontosoroh : Bukan salahmu,Nyo. Dia memang seperti
itu, selalu benci terhadap pribumi, kebenciannya menular pada anak
laki-lakinya.(Melirik kearah Robert
Mellema)
Minke&Suurhof: (Melirik kearah Robert Mellema)
Robert : (Menunduk, menghela nafas lagi)
Annelies : (Melirik
Robert Mellema lalu kearah Ontosoroh, hampir menangis) Mama..
Ontosoroh : Diam kau Ann, kau janganlah cengeng.
Sedikit-sedikit menangis.Memang benar, sifat papamu itu menurun ke
kakakmu.Lihat saja kelakuannya, tidak berbeda.(Emosi mereda, berjalan pelan menuju kursi)
(Robert Mellema berdiri, memberikan tatapan tajam
pada Nyai Ontosoro dan Annelies serta menatap jijik kearah Minke.Kemudian
berlari keluar rumah.)
Suurhof : Robert! (mengejar Robert sembari melayangkan tatapan benci kepada Minke)
Ontosoroh : Benar, bukan? Kelakuan anak itu tidak
jauh berbeda dengan bapaknya.
Annelies : Mama..
Minke : Maafkan aku Mama,
keadaanku yang seorang pribumi sepertinya merusak keadaan keluarga Mama.
Ontosoroh : (Menepuk
bahu Minke pelan) Bukan,Nyo. Ini bukan salah Sinyo sebagai seorang Pribumi,
ini salah Mellema yang terlalu benci dengan pribumi. Bapak dan anak sama saja.
Annelies : Mama..
Ontosoroh : Apa kau hanya bisa berkata ‘mama’ saja?
Dari tadi itu saja yang kudengar darimu.Belajarlah dari pengalaman hari ini,
kau ini Indo berarti ada darah pribumi dalam dirimu.Aku, ibumu juga berdarah
pribumi, janganlah kau membenci pribumi. Nah, sekarang kau mengobrollah dengan
sinyo, aku akan mengurus perusahaan. (Berdiri
bersiap pergi)
Annelies : Mama..
Ontosoroh : Bicaralah kata yang lain, Ann. (Melangkah pergi menjauhi Minke dan
Annelies)
(Tak jauh dari rumah keluarga Mellema, Robert
Mellema dan Suurhof berdiri bersampingan.Suurhof terengah-engah setelah
mengejar Robert.)
Robert : Suurhof, sebaiknya
kau pulang saja. Hatiku sedang tidak baik.
Suurhof : (Menatap
Robert lalu memalingkan kearah yang lain)Apa kau tidak apa-apa?
Robert : (Menatap Suurhof dengan tatapan tidak suka)
Suurhof : Baiklah,aku pergi. (Berbalik kemudian meninggalkan Robert
Mellema)
(Robert Mellema berjalan memasuki pekarangan
perusahaan Mellema.Berjalan mendekati peternakan sapi, melongok ke kanan dan
kiri mencari seseorang.Ketika melihat Darsam, Robert menarik tangan Darsam
kasar lalu ditariknya dan dibisikkannya sesuatu.)
(Malam harinya, tidak begitu jauh dari pekarangan
rumah Mellema, Robert sedang menepuk-nepukkan kakinya yang diserang nyamuk.Sesekali
diusapkan kedua telapak tangannya, kedinginan.)
Darsam : (Datang tergopoh-gopoh, parang yang tajam di pinggangnya dililit sarung
kumalkebesaran yang terlihat mengombak tertekan angin). Ada apa tuan?
Robert : Darsam. Kau tahu kan
siapa aku? Aku, Tuanmu, Robert Mellema.
Darsam : Tentu, Tuan. (Mengelus-elus parangnya)
Robert : Jadi kau tahu kan,
apa tugasmu? Mengikuti perintah Tuanmu.
Darsam : (Mengernyitkan kening, heran)Apa yang dapat Darsam bantu?
Robert : (Menyerahkan bungkusan kantong yang menimbulkan bunyi ‘krincing’ saat
diayunkan) Ini uang tujuh puluh lima gulden, untukmu asal kau berhasil
membunuh Minke, si pribumi itu.
Darsam : (Dengan tampang seram, tenang, dan tegas) Tuan Robert tidak memiliki
kekuasaan untuk memerintah Darsam seperti itu. Darsam adalah sahaya Nyai dan
Noni Annelies, sementara Tuan Minke adalah orang yang disayangi Nyai dan Noni.
Jika Tuan berani menyakiti Nyai, Noni, dan orang yang mereka sayangi, maka ia
harus berhadapan denganku! Darsam akan dengan sepenuh tenaga menjaga Tuan
Minke. Siapapun berani mendekati Tuan Minke barang sejengkal, dia akan
merasakan hunusan parangku. (Siap siaga
dengan tangan di golok yang masih disarungkan)
Robert : (Ketakutan dan kabur)
(Di suatu tempat di pedesaan, Robert sedang berdiri
dengan seseorang dengan perawakan yang lebih gendut darinya.)
Robert : Hey kau! Kemari!
Orang Gendut : Ada apa tuan memanggil saya kesini? (Menyeringai kearah Robert)
Robert :
(Menyeringai balik membuat si gendut
sedikit ketakutan)Apa kau masih bekerja sebagai pembunuh bayaran?
Orang gendut : Masih, tuan. Apa yang tuan inginkan dari
saya?
(Lalu
kemudian keduanya terlibat dalam perbincangan dengan nada yang setengah berbisik.)
SCENE
2
Lokasi : Pekarangan
rumah Mellema, Rumah Babah Ah Tjong
Tokoh : Robert Mellema(ginanjar),Minke(ipul),
Darsam(ahsan), Annelies, Ontosoroh(ran), figuran(puput),ah
tjong(irfan)
(Minke dibawa pergi oleh dua orang polisi.Di ruang keluarga Mellema, Annelies tertidur
di pangkuan Nyai Ontosoroh.Wajahnya pucat. Darsam menunggui di depan pintu.)
Annelies : (merintih)
Mas… Mas… Mas Minke… Mama, aku mau mas Minke kembali, Mama… Tolonglah anakmu
ini…
Ontosoroh : (mengelus
pelan dahi Annelies) Huh, anak ini! (Beranjak
mencari Robert) Robert! Robert‼!
Robert : (tak acuh, masih bersantai di pekarangan rumah)
Ontosoroh : Robert! Anak ini tidak pernah bisa
diandalkan!
Darsam : (muncul dari balik pintu) Nyai, apakah perlu Darsam seret Tuan
Robert kemari?
Ontosoroh : Ya, panggillah Tuanmu itu!
Darsam : (keluar untuk membawa Robert menemui Nyai Ontosoroh)
Robert : Ada apa memanggilku
kemari?
Ontosoroh : Tolong kau pergi ke kantor polisi. Cari
tahu tentang kasus yang menimpa Minke.
Robert : Kenapa aku harus
melakukannya?
Ontosoroh : Darsam tidak mungkin melakukannya. Aku
tidak, begitu juga dengan Annelies.Kau pandai bahasa Belanda dan bisa baca
tulis.Darsam tidak. Aku ingin tahu apa yang bisa kau kerjakan. Naiklah kuda,
supaya cepat.
Darsam : (Mulai menarik parang dari sarungnya
untuk menakut-nakuti Robert)
Robert : (Ketakutan, menaiki kudanya untuk menuju Kantor Polisi)
(Kuda yang dinaiki Robert semakin melemah,
tentu saja ini masih pagi dan keduanya –Robert dan si kuda- belumlah
sarapan.Robert terlihat enggan saat dilaluinya para pedagang-pedagang desa yang
menjual hasil tanahnya.Pikiran Robert melayang, entah kenapa dia harus mencari
informasi tentang Minke.)
Ah Tjong : Tabik Sinyo Lobell
Robert : (Menghentikan kuda, mencari arah suara diantara pedagang-pedagang
akhirnya menemukan seorang Tionghoa berpiyama lorek.)
Ah Tjong : Tabik, Nyo.
Robert : Tabik, Babah Ah
Tjong.
Ah Tjong : Tabik, tabik Nyo. Bagaimana kabal
Nyai?
Robert : Baik, Bah. Baru ini
kulihat Babah.Dimana saja selama ini?
Ah Tjong : Biasa, Nyo. Banyak ulusan.Bagaimana
kabal Tuan?
Robert : Baik, Bah. (Menatap sekilas ke rumah Ah Tjong)
Err..Pintu rumah Babah terbuka hari ini, juga jendela. Ada apa hari ini, Bah?
Luar biasa barang kali?
Ah Tjong : (Memainkan
kumis panjangnya) Hali bagus, Nyo. Hali plesil sekalang.Ayoh, Nyo mampil.
Robert : (Diam sejenak, mengernyitkan kening. Namun akhirnya mengangguk)
Baik, Bah.Aku mampir sebentar.
(Robert memakirkan kudanya di samping rumah
Babah Ah Tjong.Lalu kemudian keduanya
masuk ke rumah Babah Ah Tjong.Babah Ah Tjong menyilakan Robert duduk di sebuah
sitje bambu, duduk berhadap-hadapan dengannya.)
Ah Tjong : Ah Nyo, sudah lama kita beltetangga
begini tidak pelnah belkunjung.
Robert : Bagaimana berkunjung
kalau rumah Babah selalu tertutup?
Ah Tjong : Ah Nyo, yang benal saja. Mana mungkin
lumah ini selalu teltutup? (Tertawa
sambil memainkan kumisnya lagi)
Robert : (Tertawa pelan)
Ah Tjong : Ah Nyo, mau minum apa?
Whiski?Blandy?Bolsh, Ciu atau alak biasa?
Robert : Sepagi ini Bah?
Ah Tjong : Apakah salah? Bagaimana dengan kacang
goleng?
Robert : Setuju Bah.
(Ah Tjong menepuk tangannya, tak lama
kemudian muncul seorang wanita Tionghoa.Bercakap sebentar dengan Ah Tjong dalam
bahasa Tionghoa.)
Ah Tjong : Nyo, ini Min Hwa. Silakan taksil
sendili, sukakah Nyo padanya?Sayang Min Hwa tidak bisa Melayu ataupun Belanda,
hanya bisa Tionghoa.
Robert : (Diam, wajah memucat saat Min Hwa menyodorkan whiski)
Ah Tjong : Ah Nyo tidak suka, ya? (Menyuruh Min Hwa masuk, lalu kemudian keluar
seorang Tionghoa lagi)
Ah Tjong : Nyo, ini Sie-sie. Ayoh jangan
malu-malu.Apakah sinyo suka?
Robert : (Diam, diam saat memperhatikan gigi Sie-sie yang terlihat jelas saat
tertawa bersama Babah Ah Tjong)
Ah Tjong : Oh, lupanya Sinyo tidak suka keduanya.
Baiklah. (Menyuruh Sie-sie masuk dan
keluarlah seorang wanita Jepang lengkap dengan kimono-nya)
Ah Tjong :
Nyo ini Maiko, balu datang dali Jepang. Dia…
Robert : (Memotong ucapan Babah Ah Tjong, berdiri lalu mendekati Maiko)
Ah Tjong : Oh lupanya Sinyo suka pada Maiko.
Sebenalnya dia milik sendili, tapi kalo Sinyo suka boleh diambil.Mali aku antal
ke kamalnya.
SCENE 3
Lokasi : Rumah keluarga
Mellema, Rumah Babah Ah Tjong
Tokoh
:ontosoroh(ran),darsam(ipul),Robert,orang gendut, minke, annelies,petugas kapal,
van marwijk.
(Minke sudah kembali ke rumah keluarga
Mellema, berada di dekat Annelies dan Nyai Ontosoroh saat Darsam berjalan
mondar-mandir di dekat mereka)
Ontosoroh : Darsam, mengapa kau mondar-mandir
begitu?
Darsam : Kaki ini gatal saja mau bergerak
sendiri, Nyai.
Ontosoroh : Mengapa tak gatal kaki di belakang
saja?
Darsam : Bagaimana Nyai maunya si kaki ini
ke depan juga.
Ontosoroh : Baik. Tapi tampang kelihatan begitu bengis.Matamu
membelalak haus darah.
(Orang Gendut itu mulai memasukki pekarangan
rumah keluarga Mellema, bersiap membunuh Minke setelah beberapa hari ini
membuntuti Mnke)
Ontosoroh : Darsam, siapa itu?
Darsam : Nah Nyai, itulah perlunya gatal
kaki.
Ontosoroh :Orang itu yang dilihat Annelies di
kampung dengan kereta kudanya. Bukan begitu Annelies?
Annelies : Iya Mama.
Ontosoroh : Orang itu menyembunyikan sesuatu. Hati
jadi tak enak begini.Mari masuk saja.
(Darsam yang kembali melihat orang Gendut itu
langsung berlari keluar.Dengan parang ditangan, dikejarnya orang Gendut itu.)
Minke : Darsaaam, Jangan
Darsam, Jangaaaan. (berlari mengejar)
Annelies : Mas! Maaas! (Mengejar Minke)
Darsam : Ndut! Sini kau Ndut!
Minke : Jangan Darsaaam,
jangan kejaaar!
Annelies : Mas! Maaas jangan ikuuut‼
Ontosoroh : Annelieees‼ Anneliees‼ Kembali Annn…!
(Mulai memasuki halaman rumah Babah Ah Tjong)
Orang Gendut : Tuan.. Tuan… Maaf tuan, saya gagal
melaksanakannya. (Mengembalikan uang
tujuh puluh lima gulden Kepada Robert dan kabur melalui pintu belakang)
Robert : Kau..kau ini…
bagaimana bisa kau gagal. Bodoh. (ketakutan)
Darsams : Hei Nduut, kemari kau!
Minke : Darsaaam berhenti,
jangan kejaaar.
Annelies : Mas! Maaaas jangan ikuuut‼
Ontosoroh : Ann pulaaang‼ Darsaam jangaan masuk
rumah itu!
(Darsam masuk ke rumah Babah Ah Tjong mencari
si Gendut namun tidak menemukannnya.Tiba-tiba ia dikagetkan dengan sesosok
tubuh gendut yang terkapar di depan sebuah kamar. Tepat di depannya
sekarang.Tubuh yang sangat dikenalnya.)
Darsam : Tu-Tuan Herman, Tuan Herman
Mellema..Mati.Tuan sudah mati.
Ontosoroh : Ayo keluar dari rumah terkutuk ini.
Dar-Darsam..
Darsam : Nyai, Tuan Mellema mati, tidak ada
nafas lagi.
Annelies : Papa?
Ontosoroh : Iya, Ann. Papamu. (Di ruang tak jauh dari lokasi matinya Herman Mellema)
(Di sebuah kapal yang hendak berangkat)
Robert : Tuan, pergi kemanakah
kapal ini?
Petugas kapal : San Fransisco, Tuan. Amerika. Apakah tuan
ingin berlayar ataukah hanya bertanya?
Robert : Oh tentu saja, ingin
berlayar.
Petugas kapal : Silakan, sebentar lagi kapal berangkat.
(Beberapa waktu kemudian, di Amerika)
Robert : Tuan Van Marwijk,
tolong ambilkan selembar kertas dan tinta.
Van Marwijk : Untuk apa? Sebentar akan kuambilkan setelah
aku selesai memeriksamu.
Robert : Aku ingin menulis
surat untuk ibuku di Hindia.
Van Marwijk : Bersabarlah Tuan.
Robert : Tuan Dokter, bolehkah
saya bertanya?
Van Marwijk : Kiranya Tuan. (berhenti memeriksa Robert dan menatap Robert sayu)
Robert : Apakah penyakit yang
ada ditubuhku ini tidak bisa lagi hilang?
Van Marwijk : Sepertinya penyakit sipilis anda sudah
tumbuh sejak lama, itu akan sulit sembuh.
Robert : (mendesah pelan)
Van Marwijk : Maafkan Tuan. (Berjalan menjauhi Robert dan kembali dengan membawa selembar kertas dan
tinta)
(Robert Mellema mulai menulis surat yang akan diberikan kepada Nyai
Ontosoroh)
Robert : Tuan Dokter, kiranya
dimana aku bisa meminjam uang?
Van Marwijk : Meminjam uang? Untuk apa Tuan?
Robert : Aku ingin kembali ke
Nederland.
Van Marwijk : Tuan ingin kembali ke Nederland?
Robert : Setidaknya kalau aku
mati, aku bisa dikuburkan di tanah kelahiran Papaku.
Van Marwijk : Saya akan kembali ke Nederland dua minggu
lagi. Tuan bisa menumpang kapal yang kutumpangi nanti.
Robert : Benarkah?
Van Marwijk : Iya, Tuan.
Robert : Tuan Dokter, boleh
aku minta tolong sekali lagi?
Van Marwijk : Silakan, Tuan.
Robert : Tolong kirimkan surat
ini ke Hindia, ijinkan aku berhutang biaya pengiriman pada Tuan.
Van Marwijk : Boleh Tuan. Biar nanti saya suruh orang
mengirimnya.Ada yang Tuan inginkan lagi?
Robert : Tidak Tuan. Ah
tiba-tiba jantung ini rasanya berat sekali. Aku ingin tidur, Tuan.(Menghembuskan nafas berat)
Van Marwijk : Tuan, Tuan, anda baik-baik saja? Tuan
Mellema.
END
0 Komentar