Derita Ban Sepeda Belakang alias Aliong

Pada suatu pagi yang cerah di sebuah kampus terdekat. Aku sebagai mahasiswa Sejarah diberikan tugas untuk berbicara pada benda-benda mati. Tugas itu diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Menulis Kreatif. Sesuai dengan namanya, kami diajarkan untuk mengembangkan kreatifitas kami meskipun dengan sedikit menghilangkan akal sehat sesuai dengan tugas yang saat ini sedang diberikan.
Aku kemudian mencoba berkeliling untuk mencari inspirasi. Aku duduk di bangku dekat Jurusan pariwisata. Ku lihat sekitar, tidak ada satu pun yang membuatku menulis. Lalu tiba-tiba kulihat sebuah ban sepeda belakang yang berdiam di bawah pohon. Ntah mengapa aku langsung tertarik untuk mengajaknya berinteraksi. Aku pun memulai lamunan dan memasuki khayalanku.
       "oiii,,"teriakku pada ban sepeda belakang tersebut. Tapi tidak ada jawaban.
        ku coba memanggilnya lagi. "oii ban sepeda belakang!!" masih juga tidak menjawab.
Kulihat rangka sepeda yang menancap di tubuhnya tertulis bahasa cina. Kupikir ban tersebut mungkin berasal dari cina. Lalu aku mencoba memanggil dengan bahasa cina.
       "Chao an Pak Ban Sepeda Belakang." panggilku..
       Dia lalu menoleh ke arahku dan menjawab, "Chao an. Ada apa memanggilku?" tanyanya.
       "Tidak, aku hanya bingung melihat kau yang santai dan termenung di bawah pohon tanpa melakukan apa-apa."
       "Itu merupakan kegiatan sehari-hari yang kubuat selama menunggu majikanku. Namaku juga bukan Pak Ban Sepeda Belakang. Jadi jangan panggil aku dengan nama itu lagi. aku pikir itu terlalu kuno buatku."
       "Hahaha,maaf,maaf. Aku tidak tahu namamu, makanya aku memanggilmu dengan nama itu. Memangnya siapa namamu?"
       "Namaku Aliong. Kau siapa?
       "hm, aku adalah Siluman Tengkorak. Hahaha"
       "Aku yakin itu bukan namamu, Aku serius bertanya. Siapa namamu?"
       "hahaha,,santai bro.Namaku Irfan. Menunggu itu bukankah pekerjaan yang membosankan. Kenapa kau tidak mencoba melakukan hal lain?"
       "Apa yang bisa kuperbuat. Aku hanya sebuah roda yang dipasangkan pada sebuah kerangka sepeda. Tanpa rangka sepeda ini, aku hanyalah benda yang tidak berguna." katanya mengadu.
       "Ah, tidak juga menurutku. Malah kau yang paling berguna dibandingkan dengan semua bagian sepeda ini. Ya,meskipun kau juga yang menanggung semua beban untuk menggerakkan sepeda ini."
       "Begitulah. Aku hanya bisa menerima nasib. Semua tugas diserahkan padaku. Aku sering sekali iri pada Ban Sepeda Depan yang selalu bahagia setiap saat. Ia hanya bertugas sebagai pengendali dan pengarah sebuah sepeda."
       "Sabar, sabar. Semua itu pasti ada hikmahnya." jawabku sambil menghiburnya.
       "Sejak awal hingga sekarang, aku sama sekali tidak bisa mengejar ban depan. Padahal akulah yang menggerakkan sepeda itu. Aku merasa didiskriminasi. Pernah terpikirkan olehku untuk mengkudeta posisi Ban depan dan membuangnya. Tapi tanpanya, sepeda ini tidak akan berjalan dan ia tidak bisa menghidupi keluarganya."
        Aku pikir apa yang ia katakan memang benar. Beban yang dialaminya pasti membuat dia berpikir seperti itu.
        Aku mencoba menjelaskan "Ya mau diapakan lagi. Takdir sudah menentukan seperti itu. Jika kau melakukan hal yang kau pikirkan tadi, itu malah membuat pengangguran di Indonesia semakin meningkat. Menurutku, hanya berserah diri pada yang maha kuasa dan bersyukur padaNyalah yang bisa kau lakukan."
        Kulihat ia hanya diam saja sambil melihat ke arah Ban depan. Mungkin ia sedang memikirkan kata-kata yang baru saja aku ucapkan.
       "Kata-katamu memang benar. Memang aku yang tidak mensyukuri nikmat yang telah diberikan. Terima kasih telah membuka pikiranku yang selama ini dipenuhi dengan rasa iri dan dengki."
       "Sama-sama. Aku senang telah membantu seorang teman yang baru saja aku kenal pagi ini. Semoga kau menjadi pribadi yang lebih baik."
         Ia tersenyum padaku. Lalu kulihat beberapa temanku mulai kembali ke kelas untuk mengumpulkan tugas yang sebelumnya diberikan.
         Aku berpamitan dengannya. "Aku harus pergi dulu Aliong, teman-temanku sudah kembali ke kelas. Aku juga harus kembali. Senang berkenalan denganmu."
         Segera aku beranjak pergi menuju ke kelas. Kulihat ia melambaikan tangan padaku dan kubalas dengan senyuman hangat. Tanpa sadar beberapa menit berlalu dengan obrolan yang aku anggap sebagai halusinasi. Seperti melewati sebuah dimensi lain. Pikiranku kembali menuju dunia asalku.


NB : Semua percakapan tadi dalam bahasa cina. Tolong dipahami. Selain itu, DON'T TRY THIS AT HOME!!!! Karena ini hanya sebuah tugas yang tidak dikehendaki dan hanya perintah oleh yang berkuasa untuk dilakukan.
Thanks Before.

2 Komentar